Bolehkah Melakukan Kekufuran Seperti Sujud kepada Berhala dengan Alasan Kepentingan?
Pertanyaan:
Ketika beberapa orang mendapatkan kekuasaan, mereka sujud di makam Atatürk karena hal itu merupakan syarat yang tidak dapat dilepaskan dalam konstitusi. Sebagian orang mengatakan bahwa sujud kepada berhala dalam situasi ini diperbolehkan demi kepentingan umat. Demikian pula sikap kelompok-kelompok jihad seperti Hamas dan lainnya. Apa hukumnya dan bagaimana tanggapan terhadap pendapat tersebut?
Jawaban:
Ini adalah masalah besar dan serius. Tidak diperbolehkan melakukan kekufuran dalam keadaan apa pun, kecuali dalam kondisi paksaan saja, sebagaimana disebutkan dalam ayat. Siapa pun yang melakukannya tanpa paksaan, maka ia terkena laknat Allah, meskipun ia berniat baik.
Banyak dari mereka yang mengaku bekerja demi kepentingan Islam justru terjerumus ke dalam kekufuran melalui berbagai pintu dengan alasan demi maslahat Islam, seperti sujudnya orang yang sesat itu kepada tagut tersebut —jika memang terbukti -, sumpah untuk menghormati konstitusi, berhukum dengan undang-undang buatan manusia, menghancurkan prinsip al-Wala' wal Bara', dan lain-lain.
Saya akan menyebutkan dua dalil dalam hal ini:
1. Untuk menjelaskan metode Nabi ﷺ dalam mempertimbangkan maslahat dakwah.
2. Untuk menjelaskan hukum bagi mereka yang mengambil metode yang bertentangan dengan metode beliau.
Pertama: Merujuk pada periode Makkah.
Sebagaimana diketahui secara mutawatir, Nabi ﷺ dan para sahabatnya mengalami berbagai ujian dan cobaan dari kaum kafir, di antaranya ada yang dibunuh, disiksa, atau dirantai; sebagian hijrah ke Habasyah; dan Nabi ﷺ dan pengikutnya diasingkan di Syi'b Abi Thalib selama tiga tahun, hingga mereka terpaksa memakan dedaunan.
Kekuasaan di Makkah saat itu berada di tangan Abu Jahal dan para pengikutnya. Mereka tidak menginginkan Nabi ﷺ menyembah tuhan mereka, tetapi hanya ingin beliau berhenti mencela mereka, mengafirkan mereka, dan leluhur mereka. Jika Nabi ﷺ bersikap lunak terhadap mereka niscaya mereka akan lebih mudah meninggalkannya dan para pengikutnya. Bahkan, dalam sirah disebutkan bahwa mereka menawarkan kepemimpinan kepada beliau.
Hal ini ditegaskan dalam firman Allah, "Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak, maka mereka pun bersikap lunak kepadamu." (QS. Al-Qalam: 9)
Namun, maslahat terbesar dan pegangan terkuat adalah menjaga tauhid dan berlepas diri dari segala sesuatu yang merusaknya, yaitu kufur kepada tagut.
Berdasarkan analogi dengan sebagian orang pada masa ini, kepentingan dakwah menurut mereka mengharuskan untuk tetap berkuasa meskipun itu dengan tidak menjaga tauhid dan melakukan sejumlah pembatal keimanan!!
Kedua: Hal ini dapat dilihat dari kisah kaum Khawarij.
Banyak hadis mutawatir yang menyebut mereka dan mencela mereka seperti, “Mereka keluar dari Islam seperti anak panah keluar dari sasarannya,” “Mereka adalah seburuk-buruk makhluk yang dibunuh di bawah langit,” “Anjing-anjing penghuni neraka,” dan “Beruntunglah bagi siapa yang membunuh mereka...,” serta hadis-hadis lainnya.
Meskipun demikian, disebutkan pula ibadah mereka yang luar biasa seperti, “Kalian akan menganggap kecil salat kalian dibandingkan salat mereka dan puasa kalian dibandingkan puasa mereka.”
Mereka adalah orang-orang yang gemar salat malam, puasa, dan membaca al-Qur'an. Ini semua tercatat dalam sejarah mereka.
Para sahabat sepakat untuk memerangi dan mencela mereka meskipun niat mereka adalah untuk kebaikan, menginginkan kebenaran, meninggikan Islam dan syiar-syiarnya, serta menjauhi maksiat dan dosa besar. Bahkan, mereka mengafirkan siapa saja yang melakukan dosa besar. Namun, dengan semua ini, ketika mereka mengambil metode yang berbeda dari metode Nabi ﷺ, ibadah mereka yang luar biasa tidak dapat membela mereka. Begitu pula niat mereka untuk kebaikan dan keinginan mereka akan kebenaran.
Lalu, bagaimana dengan keadaan orang-orang pada masa ini yang melakukan kekufuran yang lebih besar daripada Khawarij dan mengambil metode yang bertentangan dengan metode Nabi ﷺ dan para sahabatnya? Bahkan, mereka juga menyelisihi metode kelompok bidah, seperti Khawarij, Mu'tazilah, Zaidiyyah, Asy'ariyyah, dan lainnya. Padahal, semua kelompok ini tidak membolehkan kekufuran demi kepentingan.
Wallahu a'lam.
Syaikh Nashir bin Hamd al-Fahd
Terjemah: Febby Angga
Komentarx
Posting Komentar